Spanyol merupakan sebuah
negara kerajaan yang telah mengalami suatu sejarah yang menarik dan bergolak.
Keadaan alam yang bergunung-gunung dan kering, menjadikannya sebuah negeri yang
sukar ditaklukan.
Perjalanan sejarahnya
dipengaruhi oleh banyak budaya dan negara. Akar budaya Spanyol berasal dari
perpaduan budaya Latin, Visigothic Eropa, Katolik Roma, Islam Timur Tengah, dan
lingkungan Mediterania. Hal ini menjadikan Spanyol sebagai sebuah bangsa dengan
keragaman budaya yang tinggi.
Keragaman budaya yang tinggi
dapat dilihat dari beberapa budaya populer Spanyol seperti tarian flamenco, adu
banteng, bull-run, dan tomatina yang banyak mendapat pengaruh dari berbagai
latar belakang budaya. Benang merah dari keragaman budaya ini adalah kecintaan
akan tantangan, unsur-unsur ‘kegilaan’, chaotic yang diimbuhi suasana
kontradiktif.
Di tengah keberagaman budaya
tersebut, telah lama di Spanyol terjadi hegemoni kaum Basque yang mayoritas
(berpusat di Madrid), terhadap kaum Catalonia yang minoritas (berpusat di
Barcelona). Namun, angin segar kebebasan berhembus bagi kaum Catalonia ketika
pihak pusat Basque mengalami goncangan dan penurunan di abad ke-18. Hal ini
membawa semacam semangat baru nasionalisme Catalonia ke segala bidang, termasuk
arsitektur. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang nasionalisme
karya-karya Gaudi bagi Catalonia.
Walaupun terjadi ketegangan
antara kaum Basque dan kaum Catalonia, tetapi sebagai sesama budaya serumpun,
budaya Spanyol secara umum (Basque) dan budaya Catalonia saling mempengaruhi
dalam prakteknya. Begitu pula yang terjadi pada antara budaya Spanyol dan Gaudi
(sebagai seorang Catalan). Memang, karya-karya Gaudi tidak pernah dikaitkan
dengan budaya Spanyol secara keseluruhan, namun unsur-unsur budaya Spanyol
secara umum yang mencerminkan keberanian, kecintaan akan tantangan,
keberagaman, serta unsur ‘kegilaan’, chaotic, dan kontradiktif ada dalam
semangat karya-karya Gaudi.
1. Tarian Flamenco
Salah satu contoh budaya
Spanyol yang memperoleh begitu banyak pengaruh adalah tarian Flamenco. Sekarang
ini tarian Flamenco dianggap sebagai salah satu bentuk budaya Spanyol secara
umum. Namun, sebenarnya tarian Flamenco merupakan salah satu tarian pergaulan
tradisional berasal dari Andalusia, yang terletak di wilayah selatan. Akar dari
tarian Flamenco berasal dari budaya kaum Gipsi Andalusia dan budaya Islam
Persia. Dengan semakin berkembangnya tarian ini di wilayah lain, tradisi musik
lokal ikut mempengaruhi, seperti unsur musik tradisional Castilia. Keberagaman ini
menjadikan tarian Flamenco sebuah tarian dengan genre musik yang kuat, ritmik,
bertenaga, anggun dan indah.
Banyak detail dari sejarah
perkembangan flamenco hilang dalam sejarah Spanyol. Hal ini disebabkan antara
lain karena flamenco muncul dari kelompok sosial masyarakat bawah sehingga
kurang mendapat prestise dari kalangan masyarakat menengah dan atas. Selain
itu, musik dan tarian flamenco diturunkan dari generasi ke generasi melalui
penampilan dalam acara komunitas sosial dan tidak dicatat dalam literatur.
Selama abad ke-18,
berkembang ‘flamenco fiesta’. Dalam pesta ini, pertunjukkan tari dan musik
flamenco bisa selama beberapa hari. Di sini tercipta set musik dan aturan
sosial yang menjadi dasar flamenco.
Pada abad ke-19, flamenco
mulai menyebar keluar dari daerah Andalusia dan mulai terbagi menjadi
beberapagaya. Dan berkembang demam ‘cafe-cantante’, dimana pertunjukkan
flamenco banyak digelar di cafe-cafe lokal. Penari-penari flamenco manjadi
salah satu daya tarik utama publik.
Lambat laun, flamenco dan
asosiasinya dengan kaum Gipsi menjadi populer di seluruh Eropa. Melancong yang
ke Spanyol serasa belum ‘afdol’ jika belum menonton tarian flamenco. Sejak saat
itu, Spanyol secara umum diasosiasikan dengan flamenco.
Sejak tahun 1956 hingga
kini, muncul trend opera flamenca, dimana musik dan tarian flamenco dilihat
sebagai pertunjukkan opera, yang secara bertahap digelar di gedung-gedung besar
seperti teater dan arena adu banteng.
Instrumen
Flamenco tradisional
biasanya hanya diiringi nyanyian tanpa alat musik (disebut cante). Dalam
perkembangannya, nyanyian diiringi dengan:
- Gitar flamenco (toque)
- Tepukan tangan yang ritmik (palmas)
- Hentakan kaki yang ritmik (zapateado)
- Dansa (baile)
- Bandurria dan tamborin
- Castanet
2. Adu Banteng
(corrida de toros)
Karena keberagaman yang
tinggi, kadang budaya Spanyol diwarnai dengan kontradiksi. Sebagai contoh, adu
banteng, atau Corrida de toros bagi orang Spanyol, merupakan pertunjukan juga
olah raga yang menarik dan penuh kontradiksi. Secara visual, tampilan matador
dalam kostum serba gemerlap dan halus, badan yang selalu langsing dan sportif,
begitu kontras dengan tampilan banteng yang gelap, solid, dan sangat ganas.
Gerakan matador yang bagai tarian diakhiri dengan tebasan pedang. Lapangan
berpasir yang putih pun memerah oleh darah banteng. Keindahan? Ya. Sadis? Ya
juga. Kengerian bagi penonton yang tak akrab dengan tradisi ini. Namun,
kemampuan matador dalam menghindar dari terjangan banteng, terlebih sikapnya
yang menantang si banteng menjadi kenikmatan tersendiri. Karenanya ia bertahan,
bahkan tak menunjukkan tanda-tanda bakal menyingkir dari lubuk sanubari
penggemarnya di Spanyol, Portugal, Prancis Selatan, dan negara-negara Amerika
Latin.
Dulu tujuan utama corrida
melulu mempersiapkan banteng untuk dihabisi pedang matador. Namun tahun 1914
Juan Belmonte, seorang matador bertubuh kecil dari Andalusia, memperkenalkan
pendekatan penuh resiko, yaitu mengibaskan muleta semakin dekat dengan tubuh
banteng dengan gerakan-gerakan indah. Aksi menghabisi bantengnya tergeser ke
nomor dua. Kemampuan matador dalam menghindar dari terjangan banteng, terlebih
sikapnya yang menantang si banteng, ternyata menyerobot minat penonton.
Kehebatan matador dilihat
dari keterampilannya menghindar, keindahannya dan keberaniannya berada sedekat
mungkin dengan banteng. Di titik ini corrida tak lagi tinggal sebagai
pertarungan antara manusi dan banteng, namun lebih sebagai pertarungan antara
manusia dengan dirinya sendiri. Setiap detik dalam tampilannya, matador harus
memutuskan seberapa dekat ia akan berani membiarkan banteng mendekat, dan
seberapa jauh ia bisa mengempos keberanian untuk memuaskan penonton.
Sudah barang tentu matador,
betapa pun jayanya selalu akrab dengan tandukan banteng. Hampir setiap matador
pernah kena tanduk paling tidak sekali dan satu musim pertunjukan. Bermonte
ditanduk lebih dari 50 kali. Bahkan sejak tahun 1700 dari sekitar 125 orang
matador besar, 40 diantaranya tewas di arena. Itu belum termasuk banderillero
atau picador yang tewas. Contoh lain, Joselito (Jose Gomez), teman sekaligus
rival Belmonte, yang dipandang sebagai salah seorang matador terhebat sepanjang
masa, akhirnya tewas di ujung tanduk banteng pada tahun 1920.
Adu lari dengan banteng
(dalam bahasa Inggris ‘bull-run’, dalam bahasa Basque ‘entzierro’, dalam bahasa
Spanyol ‘el encierro’) merupakan suatu tradisi berlari di depan banteng-banteng
yang telah dilepaskan ke suatu jalan kota yang telah disekat khusus untuk acara
ini. Walaupun acara ini sering diadakan di festival kota dan desa di seluruh Spanyol,
namun acara bull-run yang paling terkenal adalah di festival San Fermin di
Pamplona, yang disiarkan langsung di Television Espanola dan Cuatro.
Tidak seperti adu banteng
yang dilakukan oleh profesional, dalam acara bull-run ini, setiap orang boleh berpartisipasi.
Luka-luka menjadi hal yang lumrah dalam acara ini, baik dari partisipan yang
terseruduk banteng, maupun banteng yang tanduknya tersangkut di bebatuan jalan.
Tradisi ini bermula dari
upaya memindahkan banteng-banteng dari kandang di pinggir kota (dimana mereka
berada pada malam harinya) menuju ke arena adu banteng. Para pemuda biasanya
suka melompat ke depan banteng-banteng itu untuk menunjukkan keberanian mereka.
Sejak tahun 1924 telah tercatat 15 orang meninggal di Pamplona akibat acara ini.
Korban meninggal terakhir pada tahun 1995 yaitu seorang turis dari Amerika.
3. Tomatina
La Tomatina merupakan acara
perang makanan dalam festival kota Bunol di wilayah Valencia yang diadakan
setahun sekali pada hari rabu di akhir bulan Agustus. Ratusan orang datang dari
seluruh penjuru dunia datang untuk ikut dalam timpuk-timpukan menggunakan tomat
yang sudah terlalu matang.
La Tomatina merupakan bagian
dari festival selama seminggu yang diisi dengan pertunjukkan musik, parade,
tarian, dan pertunjukkan kembang api. Semalam sebelum Tomatina, partisipan akan
berkompetisi dalam kontes memasak paella (masakan tradisional spanyol yang
terdiri dari nasi, ikan, tomat, dan sayur-sayuran)
Diperkirakan turis yang
datang ke acara ini mencapai 20.000-40.000 orang. Melebihi penduduk Bunol yang
berjumlah 9.000. Karena akomodasi yang terbatas, akhirnya pada turis umumnya
tinggal di kota Valencia dan naik bus atau kereta untuk menuju ke Bunol, yang
terletak 38 km dari Valencia. Sebagai persiapan, para pemilik toko dan rumah
akan menggunakan plastik besar sebagai pelapis bagian depan bangunan mereka
supaya terlindung.
Festival kota Bunol
ditujukan sebagai penghormatan terhadap Santa Luis Bertran dan Bunda Maria.
Tomatina telah menjadi tradisi di Bunol sejak 1944. Tidak ada yang tahu persis
bagaimana tradisi ini bermula. Versi yang berkembang di masyarakat mengatakan
bahwa tomatina dimulai ketika terjadi perang makanan lokal yang dilakukan oleh
para pemuda. Ada pula yang mengatakan bahwa tradisi ini bermula ketika penduduk
melempari walikota dengan tomat dalam sebuah perayaan. Apapun yang
melatarbelakanginya, timpuk-timpukan tomat ini dirasa menyenangkan sehingga
diulangi tahun berikutnya, lalu tahun berikutnya lagi hingga sekarang menjadi
tradisi.
Post a Comment